Sabtu, 20 Februari 2010 | 04:19 WIB
Bandung, Kompas -
Mantan Wakil Presiden M Jusuf Kalla, yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia, mengingatkan hal itu saat mengunjungi korban banjir di Kampung Cieunteung, Kelurahan Baleendah, Bandung, Jumat (19/2).
”Masalah pokok terletak pada kerusakan lingkungan. Semua pihak harus ikut mendorong penyelesaiannya, bukan hanya pemerintah. Masyarakat juga harus ikut menjaga lingkungan, antara lain dengan tidak merusak hutan, tidak tinggal di bantaran sungai, dan tidak membuang sampah ke sungai,” paparnya.
Oleh karena masalah utamanya adalah kerusakan lingkungan, Kalla menambahkan, pengerukan Citarum saja tidak akan efektif. Banjir akan kembali terjadi. ”Ini pekerjaan 10 tahunan. Banjir rutin terjadi. Pengerukan Citarum akan memerlukan biaya besar. Namun, Citarum memang harus diperbaiki,” katanya.
Kalla sempat berdialog selama 30 menit dengan korban banjir. Sejumlah warga mengadu tidak memiliki beras dan yang lainnya mengaku bosan mengalami banjir. Ada warga yang berteriak meminta Citarum segera dikeruk.
”Penderitaan rakyat tidak bisa dibiarkan. Pemerintah, masyarakat, dan pengusaha harus bersama-sama menyelesaikan masalah ini,” ujarnya lagi.
Sebelum ke lokasi banjir, Kalla mengunjungi pengungsi yang ditempatkan di Kantor Kelurahan Baleendah. Ada 419 jiwa di lokasi itu.
Bupati Bandung Obar Sobarna mengatakan, banjir merendam sekitar 6.000 rumah warga dan menimpa 10.000 jiwa. Warga dievakuasi dengan ditempatkan di pengungsian.
Di Jakarta, Jumat, rapat terbatas yang dipimpin Wapres Boediono menyetujui rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Kementerian Pekerjaan Umum untuk mengurangi volume air di Ciliwung dengan membuat sodetan menuju Kanal Timur.
Sebagian air Ciliwung itu akan dibelokkan ke terowongan lama ke arah Kali Cipinang di kawasan Bidaracina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar